Bentuk Kerjasama Operasional ( KSO ) Teknologi Perkerasan Jalan Raya " Hormat Kami CV Jaya Ar , Dukuh Menanggal VI / 16 Surabaya Telp : 031-72839378, 081-3337-40937 "

Monday, June 9, 2014

TEKNIK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN




1. Penjelasan Umum

Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan khusus yang telah tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.

2. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut, yaitu :

a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang
Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dengan tujuan pengecekan ulang pengukuran. Pemasangan patok pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter.

b. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan.
Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan pemeriksaan destruktif yaitu suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan alat Benkelman.

c. Pengadan direksi keet
Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana membuatnya disekitar lokasi proyek. Direksi keet ini berfungsi untuk tempat beristirahat para pekerja dan penyimpanan material serta peralatan pekerjaan.

d. Penyiapan badan jalan
Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan lainnya. Sehingga pelaksanaan proyek ini berjalan dengan lancar.

3. Pekerjaan Galian dan Timbunan
  

Gambar Struktur Pekerjaan Tanah
            

Pekerjaan Galian
  1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun prosedur pekerjaan dari pekerjaan galian, yaitu :
  2. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
  3. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.
  4. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.
  5. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone test) di lapangan.
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :

a. Galian Biasa Commond Excavation)
Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau membuang material yang tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk memotong bagian ruas jalan sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump truck.

b. Galian Batuan / Padas
Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara (pemboran) dan peledekan.

c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur. Pekerjaan galian ini hanya terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan.

Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan

Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului dengan pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik dan benda-benda yang mengganggu proses pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan.

Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil galian badan jalan yang telah memenuhi syarat.

2. Timbunan Pilihan
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang biasa disebut borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%.

Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader.

Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :

  1. Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump Truck.
  2. Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan penimbunan.
  3. Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang direncanakan. Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka dipasang patok tiap jarak 25 m yang ditandai sesuai dengan tinggi hamparan.
  4. Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalm keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan (alinyemen horizontal) harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan) hingga didapatkan tebal padat 20 cm hingga didapat elevasi top subgrade yang sesuai dengan rencana.
Pengujian Kepadatan Tanah
Pengujian Sand Cone
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air dilapangan. Juga bisa sebagai perbandingan pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan dengan perencanaan pekerjaan.


Gambar Titik Pengambilan Sampel
Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah
Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis pondasi bawah yang berfungsi sebagai :
  1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) ≤ 10%.
  2. Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan diatasnya.
  3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
  4. Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
  5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
  6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik kelapis atas. Tebal rencana lapisan pondasi bawah ini adalah 20 cm.
Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam proyek ini memiliki komposisi sebagai berikut :
  1. Split 5/7
  2. Split 3/5
  3. Split 2/3
  4. Abu Batu
Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari Base B adalah :
  • Pengangkutan material base B ke lokasi proyek dengan menggunakan Dump Truck.
  • Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima sampai enam tumpukan disepanjang lokasi yang telah siap untuk dihampar base B.
  • Penghamparan material base B dilakukan dengan menggunakan alat motor grader dengan kapasitas 3,6 m. Setelah badan jalan terbentuk, kemudian dipadatkan dengan alat vibrator roller dengan kapasitas 16 ton.
  • Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik ikatannya maka dapat ditambahkan abu batu dengan bantuan tenaga manusia untuk mengikat material tersebut ketika dipadatkan kebali dengan vibrator roller.
Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan % kemiringan telah sesuai dengan yang direncanakan maka digunakan waterpass agar dapat menemukan elevasinya.

Peralatan

Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan alat alat sebagai berikut :
  • Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari tempat pengambilan material, selanjutnya dimasukkan kedalam dunp truck.
  • Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke lokasi pekerjaan.
  • Motor grader berfungsi untuk memadatkan material base B.
  • Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah penghamparan. 

Bahan dan Material

Agregat baru pecah kelas B yang sesuai dengan persyaratan (table agregat base B)
 

Tabel Gardasi Agregat Kelas A dan Kelas B
Nomor Mm Kelas A Kelas B
2 in 50 100 100
11/2 in 37.5 100 88 - 95
1 in 25 65 - 81 70 - 85
3/8 in 9.5 42 - 60 30 - 65
# 4 4.75 27 - 45 25 - 55
# 10 2 Nop-25 15 - 40
# 40 0.425 6 – 16 8 – 20
# 200 0.075 0 - 8 2 – 8

Tabel Karakteristik Agregat Kelas A dan Kekas B
Sifat Material Sifat Kelas A Sifat Kelas B
Nilai Abrasi Agregat Kasar ( AASTHO T 96 - 87 ) 0 - 40% 0 - 40%
Plasticity Index ( AASTHO T 90 - 87 ) 0 - 6 4 – 10
Batas Cair ( AASTHO T 89 - 90 ) 0 – 25 -
CBR ( AASTHO T180 ) 90 min 35 min
Hasil Kali PI dengan % lolos ayakan no. 200 25 maksimum -


Pengawasan Pekerjaan

Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas. Hal ini dilakukan untuk menjamin pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sebagai pelaksana proyek, apakah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam spesifikasi.

Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi adalah sebagai berikut :
  • Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran maksimum bahan.
  • Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih dari 20 cm dalam keadaan loose, hal ini dapat mempengaruhi proses pemadatan sehingga pemadatan yang dilakukan tidak mencapai keadaan optimal.
  • Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat menggenang akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi maksimum untuk kerataan permukaan adalah 1 cm.
  • Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari tebal rencana.
  • Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan yaitu kurang dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar air optimum, diperbaiki dengan cara menggali dan mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat kadar air tersebut.

Tujuan pemeliharaan jalan adalah untuk mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan.
Bertitik tolak dari kondisi mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus-menerus/rutin dan berkesinambungan khususnya pada jenis konstruksi jalan yang menggunakan sistem perkerasan lentur (flexible pavement). Pemeliharaan jalan tidak hanya pada perkerasannya saja, namun mencakup pula pemeliharaan bangunan pelengkap jalan dan fasilitas beserta sarana-sarana pendukungnya.
Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase akan dengan mudah menurun kekuatannya sebagai akibat dari melemahnya kepada
tan lapisan pondasi dan terurainya butiran agregat dari bahan pengikatnya. Pemeliharaan saluran tepi di kiri-kanan badan jalan menjadi penting dan air harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air hujan akan melemahkan struktur perkerasan secara menyeluruh. Sedangkan retak rambut pada lapisan permukaan suatu perkerasan bila tidak segera ditutup akan semakin membesar dan dimasuki air hujan yang berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya, dan menjadi kerusakan yang lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat bertambah parah lagi bila beban lalulintasnya padat dan berat.
Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala. Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dan dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang terjadi belum meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap kerusakan masih ringan dan setempat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan biaya perbaikannya yang relatif rendah dan cara memperbaikinyapun relatif mudah/ringan.

II. Urutan kerja pembuatan jalan asphalt beserta alat-alat berat dan kegunaannya
1. 
Sebelum jalan raya dibangun, lahan dibersihkan dahulu dari sampah maupun pepohonan kemudian diratakan. Untuk membersihkan lahan dan menggali maupun mengurug tanah.

2. 
Setelah lahan dibersihkan kemudian dilakukan pekerjaan perataan tanah dengan menggunakan alat buldozer.
Untuk memindahkan tanah bekas galian maka digunakan dump truk.

3.
Penghamparan material pondasi bawah. Penghamparan material pondasi bawah merupakan batu kali menggunakan alat transportasi dump truk kemudian diratakan dan dipadatkan dengan menggunakan alat tandem roller.  Namun Sebelumnya digunakan Asphalt sprayer fungsinya buat nyemprotin aspal cair sebagai lapis pengikat.

Pekerjaan perataan dengan tandem roller dilakukan lagi pada saat penghamparan lapis pondasi atas, dan lapis permukaan.
Pada saat penghamparan material pondasi dilakukan pekerjaan pengukuran elevasi urugan dengan alat teodolit dan perlengkapannya.
Untuk menambah bobot dari wheel
roller ini, maka roda silinder yang kosong diisi dengan zat cair (minyak atau air) atau kadang-kadang juga diisi dengan pasir. Pada umumnya berat compactor ini berkisar antara 6-12 ton. Penambahan bobot akibat pengisian zat cair pada roda silinder dapat meningkatkan beratnya 15% - 35%.
  
4.
Setelah lapisan pondasi bawah selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah penghamparan asphalt yang sebelumnya sudah dipanaskan terlebih dahulu sehingga mencair. untuk menghamparkan asphalt digunakan alat asphalt finisher

5.
Setel
ah asphalt berhasil dihamparkan dengan elevasi jalan raya yang sudah diukur menggunakan theodolit sesuai perencanaan pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan dengan double drum roller hingga memenuhi kepadatan dan elevasi yang direncanakan.

6.Pekerjaan selanjutnya adalah finishing pemadatan dan perataan jalan raya dengan alat peneumatic roller.











III. PENGENDALIAN MUTU PEMELIHARAAN JALAN

Pengendalian mutu dalam pemeliharaan jalan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan, khususnya pemeliharaan rutin. Seorang petugas yang terkait dalam kegiatan pemeliharaan rutin harus dapat mempertanggungjawabkan seluruh pekerjaan pemeliharaan yang telah dilaksanakan.

III.1. Mutu Pelaksanaan
Mutu pelaksanaan dari kegiatan pemeliharan rutin dimonitor dan dipantau sesuai dengan tingkat kerusakan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti. Tanggungjawab seorang petugas pada suatu kegiatan pemeliharaan jalan adalah, bagaimana yang bersangkutan dapat menjamin dipenuhinya tata cara penanganan jenis-jenis kerusakan yang telah disyaratkan dalam pemeliharaan rutin tersebut.

Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain sebagai berikut;
1.    Melakukan monitoring dan pantauan secara terus-menerus terhadap kondisi jalan sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab masing-masing.
2.    Melakukan pencatatan yang dituangkan dalam bentuk laporan harian, tingkat dan jenis kerusakan yang ada.
3.    Melakukan usaha perbaikan sesuai tata cara yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemeliharaan jalan.
4.    Melaporkan segera kepada atasan masing-masing bila terjadi hal-hal diluar kemampuannya yang tidak dapat diatasi sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

III.2.Kuantitas Hasil Akhir

Hasil akhir dari suatu pekerjaan pemeliharaan rutin jalan perlu dicatat dan dievaluasi serta dilaporkan secara periodik; harian, mingguan, bulanan, triwulanan, dan final/akhir.
Kuantitas hasil akhir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Kerataan permukaan dari struktur; menampilkan hasil akhir pekerjaan yang berkualitas, sama seperti keadaan baru atau kembali seperti semula.
Kepadatan; pada lapisan perkerasan telah dicapai tingkat kepadatan yang sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur.
Bentuk; hasil akhir sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan (gambar rencana/kerja).
Fungsi; setelah dilakukan pemeliharaan/perbaikan, dapat berfungsi secara baik dan benar, misal kelancaran air pada saluran tepi / tidak tersumbat.
Toleransi; perbedaan/selisih dari hasil akhir pekerjaan masih dalam batas-batas atau koridor yang disyaratkan (tidak berpotensi menimbulkan kerusakan).
Jumlah; kuantitas hasil akhir pekerjaan sesuai dengan kuantitas yang telah direncanakan dalam pemeliharaan/perbaikan.

III.3. Sumber Daya

Sumber daya yang diperlukan dalam suatu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan antara lain adalah tenaga pekerja, peralatan dan bahan. Disamping itu, perlu diperhatikan pula jadual kegiatan masing-masing pekerjaan dan mutu sumber dayanya yang dijelaskan sebagai berikut;
Tenaga Pekerja: pentingnya tingkat keahlian dan tingkat keterampilan tertentu dari masing-masing tenaga pekerja untuk menangani suatu jenis pekerjaan, sehingga dapat disusun suatu jadual kegiatan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing tenaga pekerja dalam menangani suatu pekerjaan.
Peralatan; penggunaan jenis dan kapasitas peralatan yang tepat/sesuai dengan kebutuhan operasional dalam penanganan masing-masing jenis kegiatan pemeliharaan/perbaikan agar diperoleh hasil pekerjaan yang optimal.
Bahan; tersedianya bahan/material yang diperlukan dan memadai dalam setiap tahapan kegiatan pemeliharaan rutin sehingga pelaksanaannya dapat lancar dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Pengendalian mutu sumber daya dilakukan secara terjadual dan senantiasa disesuaikan dengan jenis pekerjaan/kegiatan yang telah direncanakan. Hal ini diperlukan agar penyelenggaraan kegiatan berlangsung efisien dan mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan spesifikasi yang telah dipersyaratkan. Penggunaan metode pelaksanaan dan ketersediaan biaya yang diperlukan turut menentukan kelancaran kegiatan pemeliharaan jalan.

III.4. Waktu

Waktu penyelenggaraan suatu kegiatan/pekerjaan perlu pentahapan agar dapat dikendalikan dan diawasi secara baik. Umumnya pentahapan waktu penyelenggaraan pemeliharaan rutin dibagi sebagai berikut;
Perencanaan; seluruh kegiatan yang akan dilakukan direncanakan dan dijadualkan terlebih dahulu baik mutu maupun jumlahnya, dan ditetapkan spesifikasi dan persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
Persiapan; hal-hal yang perlu disiapkan dan disediakan, dijadual sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi hambatan pada saat pelaksanaan pekerjaannya.
Pelaksanaan; waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan yang telah terjadual diupayakan agar dapat dipenuhi sesuai dengan mutu dan jumlah yang telah ditentukan dalam spesifikasi. Dalam hal ini, perlu pengendalian dan pengawasan yang akurat agar dapat dijamin kelancaran penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan rutin tersebut dan hasil yang optimal.
Pemantauan; agar kendali dan pengawasan pelaksanaan dapat berlangsung sesuai dengan yang telah dijadualkan, waktu pemantauan dilakukan secara terus-menerus untuk mengantisipasi bila terjadi penyimpangan atau kesalahan yang perlu segera diperbaiki dan ditindak lanjuti.

III.5. Tempat/Lokasi

Terjadinya kerusakan pada suatu struktur perlu diketahui dimana lokasi kerusakannya, jenis kerusakannya, dan dimensi kerusakannya. Hal ini perlu segera diketahui agar penanganannya dapat sesuai dengan jenis sumber daya yang perlu disiapkan/disediakan.
Lokasi kerusakan;
harus diketahui dengan jelas agar dapat segera    dilakukan  pengiriman petugas pemeliharaan dan kelengkapannya untuk melakukan perbaikan.
Setiap lokasi kerusakan sudah diberi tanda (misal; cat semprot), dan dicatat untuk bahan laporan/inventarisasi.
Jenis kerusakan;
Jenis kerusakan yang terjadi perlu diketahui untuk memastikan upaya perbaikannya yang menyangkut masalah teknologi konstruksi.
Setiap jenis kerusakan perlu diinventarisasi untuk keperluan laporan evaluasi selanjutnya.
Dimensi kerusakan;
Dimensi kerusakan yang terjadi perlu diketahui guna memastikan tingkat kerusakan dan volume kerusakan yang terjadi sehingga dapat dipersiapkan tenaga pekerja, bahan, alat, metode/cara, dan biaya yang sesuai.
Setiap dimensi kerusakan diinventarisasi untuk keperluan laporan dan analisa perhitungan selanjutnya, khususnya dalam mempersiapkan rencana anggaran biaya yang diperlukan.